Sabtu, 10 September 2011

Pada Suatu Ketika

Hari ini hatiku rapuh sekali….
Lebih rapuh daripada daun2 kering yang berjatuhan di parkiran belakang ruang residen. Lebih rapuh daripada onggokan kayu tua di depan bangsal mawar… yang di dalamnya penuh rongga.. dan rayap pun nyaman bersarang di dalamnya.
Serapuh ini pun masih kupaksakan menarik kedua sudut bibir pucatku.. memaksakan kedua sulcus nasolabialisku (baca: garis senyum) menjadi sepersekian mm lebih dalam. Mencoba tersenyum.. di depan teman-teman residenku yang selalu ceria menyapaku, “hai..miss on line!”. Atau masih terus berusaha tersenyum di depan mereka.. orang-orang yang dipertemukan Tuhan denganku dengan mengambil peran sebagai pasienku.
It’s really hard…so hard..! Seperti memakai ribuan topeng. Menutupi rasa nelangsa…membuat setiap hati bahagia!!!
Terbuat dari apakah hati ini? Mengapa serapuh ini..?
Tidak…tidak….!! Aku sungguh lelah….sungguh sangat lelah… Berpura-pura tak menginginkan keindahan itu.
Mencoba bersembunyi dibalik senyum tipis ini.
Mencoba menipu diri.. mencoba dan terus mencoba melarikan diri dari… rindu ini. Rindu yang sangat padamu, Azzure..!!
Mencoba menghipnotis diri dengan mengatakan pada otakku… aakhhh… aku tak rindu.
Tapi hati selalu tahu aku menipu. Dan semakin lantang dia teriakkan namamu…aku rindu engkau, Azzure!